tulisan ini terinspirasi oleh berita-berita yang saya
dengar dari media, baik media elektronik maupun media cetak. akhir-akhir ini
kita sering disuguhi oleh berita-berita terkait dengan kemerosotan moral bangsa
Indonesia, mulai dari rakyat jelata, pelajar, hingga pejabat pemerintah.
tauran antara pelajar (seperti pelajar SMA 6 dengan wartawan yang terjadi pada
tanggal 11 septeember 2011), pemerkosaan seperti yang terjadi baru-baru ini
yaitu pemerkosaan yang dilakukan di salah satu trayek angkot di jakarta,
pergaulan bebas, anggota dewan yang tertnagkap basah menonton video porno
ketika rapat DPR, Korupsi dan lain-lain. hal ini sungguh memprihatinkan bagi
kita sebagai bangsa yang mengaku sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, dan bangsa yang selalu mejunjung tinggi nilai-nilai moralitas.
dengan fenomena-fenomena ini, saya terkadang berpikir,
kenapa hal-hal ini terjadi di Negeri yang tercinta ini??? dan apa yang salah?
dan bagaimana mencari solusinya?. mungkin pertanyaan-pertanyaan ini telah ada
di benak kita semua, sebagai sebuah kepedulian kita terhadap nasib moral
bangsa. oleh karena itu, sepatutnya masalah kemerosotan moral ini menjadi
agenda kita bersama untuk mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
apabila hal ini tidak segera di perbaiki maka kita sebabgai rakyat Indonesia
hanya tinggal menunggu waktu kehancuran bangsa ini, sebagaimana yang dikatakan
oleh
Penyair kenamaan Mesir, Ahmad Syauqi, yang mengatakan:
إنما
الأمم الأخلاق ما بقيت # فإنّ همّوا ذهبت أخلاقهم ذهبوا
“kelanjutan eksistensi suatu masyarkan
ditentukan oleh tegaknya anggota masyarakat itu dan kepunahannya terjadi pada
saat keruntuhan moralnya”
Sebagai bangsa yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
Ketuhanan, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa menempatkan Tuhan
pada posisi tertinggi dalam segala aktivitas kita, dengan hal tersebut maka
kita akan senantiasa merasa di awasi oleh-Nya dalam segala aktivitas, sehingga
dengan penuh kesadaran kita akan senantiasa berprilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai Ketuhanan. Kasadaran akan keberadaan Tuhan (SQ) dalam segala kativitas kita inilah
yang seharusnya kita kembangkan dalam diri kita sebagai individu.
Namun untuk mengembangkan kesadaran seperti
ini bukanlah suatu hala yang mudah bagi kita, terutama bagi seorang pemuda.
Oleh karena itu kesadaran seperti ini hendaknya dikembangkan terlebih dahulu
dalam diri setiap pemimpin bangsa, guru, dan orang tua untuk dijadikan contoh
bagi pemuda dan anak-anak. Namun dalam kenyataanya hal ini belum kita dapati di
negeri ini, menurut saya inilah yang menjadi penyebab kemerosotan moral yang
terus melanda negeri ini dari masa kemasa semakin merisaukan.
Dalam lingkungan keluarga, peran orang
tua sangat penting dalam proses
mengembangkan moral anggota keluarganya karena didalam keluargalah seorang anak
lebih banyak menghabiskan waktunya dan banyak meniru setiap prilaku orang tua.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya senantiasa berprilaku sesua dengan
nilai-nilai moral yang berlandaskan kesadaran akan Ketuhanan dan juga hendaknya
senantiasa memberikan kesadaran pada anaknya akan keberadaan Tuhan yang
senantiasa melihat segala tingkah laku kita.
Kesadaran Akan ketuhanan bukan hanya
sekedar meyakini akan keberadaan Tuhan, namun lebih dari itu, keyakina itu
harus menjadi Ruh begi seorang anak bukan hanya sekedar daging. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan KH. Musthafa Bisri yang diwawncarai dalam acara Kick
Andy, ia mengatakan “di Indonesia banyak majlis-majlis Dzikir, orang berdzikir
hingga meneteskan air mata namun setelah selesai, ia kembali maksiat dan
korupsi lanjut. Hal ini terjadi karena Iman kepada Allah hanya sebatas daging,
tidak menjadi ruh”
Dalam dunia pendidikan, pendidikan masih
menekankan meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ), hal ini terbukti dengan
dijadikannya nilai dan posisi kerja sebagai tolak ukur keberhasilan proses
pendidikan, namun melupakan unsure-unsur kecerdasan lain yang dimiliki manusia
yaitu Kecerdasan Emosi (SQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). hanya mengembangkan
IQ akan menciptakan generasi yang tidak memiliki kepekaan sosial (EQ) dan
hilangnya makna dalam segala aktivitasnya (SQ). seperti yang terjadi di Negeri
ini, banyak orang cerdas namun disalah gunakan untuk menipu, korupsi dan
lain-lain.
Oleh karena itu, pendidikan haruslah
mengmbangkan ketiga kecerdasan manusia ini, sehingga akan tercipta
generasi-generasi yang integral, ia cerdas secara intelektual, cerdas secara
emosi, dan cerdas secara spriritual. Untuk mewujudkan tujuan ini maka peran
tenaga pendidik sangat penting, oleh karena itu tenaga pendidik hendaknya
mengembangkan tiga kecerdasan ini dalam dirinya terlebih dahulu. Dengan kettiga
kecerdasan ini, maka dapat diharapkan akan generasi yang cerdas dan menjunjung
tinggi nilai-nilai moral.
Dalam
lingkup pemimpin Negara, dengan menjalankan roda pemerintahan yang jujur, adil,
dan bertanggung jawab merupakan contoh yang baik bagi generasi bangsa ini. Dari
pemaparan ini, peran Kepala keluarga, tenaga pendidk, dan pemimpin pemerintahan
sangat penting dalam upaya perbaikan moral bangsa dengan terlebih dahulu
menjadikan dirinya orang-orang yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
moral yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar